ADIN SHAYFUDDIN AZ ZUHRI

ASSALAMU ALAIKUM WAROKHMATULLOHI WABAROKATUH.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

AKU BERSAKSI BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLOH swt

Dan aku bersaksi bahwa nabi MUHAMMAD utusan ALLOH swt

AKU BERSAKSI BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLOH swt

Dan aku bersaksi bahwa nabi MUHAMMAD utusan ALLOH swt

SAMPAIKAN PADA MEREKA WALAU HANYA SATU AYAT

“Dan sungguh, benar-benar telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari, maka adakah yang mau mempelajarinya?” (Q.S. Al-Qomar ayat 17, 22, 32 dan 40)

ORANG YANG MULIA DI HADAPAN ALLOH , adalah ORANG YG BERTAQWA

ASSALAMU ALAIKUM WAROKHMATULLOHI WABAROKATUH.

Minggu, 26 Agustus 2018

ULAMA DAN PENGUASA

Di tengah hiruk-pikuk fitnah akhir zaman, umat Islam merindukan sosok alim amil yang dapat memberikan penerangan untuk melewati kegelapan dan suramnya fitnah ini, namun sangat disayangkan, dewasa ini kita mendapatkan sosok yang disebut dengan alim atau syaikh yang tidak memberikan penerangan namun malah mengeluarkan syubhat-syubhat yang membingungkan umat, hal itu dikarenakan kedekatan mereka dengan para penguasa.


Padahal jauh-jauh hari Rasulullah mewanti-wanti umatnya akan hal ini, sebgaimana disebutkan pada hadit dan atsar berikut ini,


وأخرج أحمد   في مسنده، والبيهقي بسند صحيح، عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله  عليه وسلم: « من بدا جفا، ومن اتبع الصيد غفل، ومن أتى أبواب السلطان افتتن، وما ازداد أحد من السلطان قرباً، إلا ازداد من الله بعداً

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersabda, “Siapa tinggal di pedalaman maka perangainya keras, dan siapa sibuk dengan berburu maka akan lalai, serta siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa terkena fitnah, tidak seseorang semakin dekat dengan penguasa maka akan bertambah jauh dari Allah.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad shahih)


وأخرج ابن ماجه، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه  وسلم: « إن أبغض القراء إلى الله تعالى الذين يزورون الأمراء

Dari Abi Hurairah radiallahu anhu, Rasulullah bersbda, “Sesungguhnya qurra yang paling dibenci Allah ialah yang mendatangi penguasa.” (HR. Ibnu Majah)


وأخرج الطبراني في « الأوسط » بسند رواته ثقات، عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا رسول الله من أهل البيت أنا؟ فسكت، ثم قال في الثالثة: « نعم ما لم تقم على باب سدة، أو تأتي أميراً فتسأله

قال الحافظ المنذري في « الترغيب والترهيب » المراد بالسدة هنا، باب السلطان ونحوه.

 Dari Tsauban radiallahu anhu berkata,” Ya Rasulullah, apakah saya termasuk ahli bait,?” Rasulullah pun diam, sampai pada ketiga kali,beliau menjawab, “ya selama engkau tidak berdiri pada pintu penguasa, atau mendatangi penguasa dan meminta padanya.” (HR. Thabrani dalam Al Ausath)


وأخرج الترمذي وصححه، والنسائي، والحاكم وصححه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «سيكون بعدي أمراء، فمن دخل عليهم فصدقهم بكذبهم، وأعانهم على ظلمهم، فليس مني، ولست منه، وليس بوارد علي الحوض، ومن لم يدخل عليهم، ولم يعنهم على ظلمهم، ولم يصدقهم بكذبهم، فهو مني، وأنا منه، وهو وارد علي الحوض

Akan ada sepeninggalanku para penguasa, maka siapa yang mendatanginya dan membenarkan kebohongannya, menolong atas kedhalimannya, buka golonganku, serta aku bukan golongan dia, dan tidak akan memasuki haudh, dan siapa saja yang tidak mendatanginya,tidak menolongnya atas kedahlimannya, tidak membenarkan kebohongannya, termasuk golongku dan akan memasuki haudh. (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Al-Hakim)


وأخرج الديلمي، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يكون في آخر الزمان علماء يرغبون الناس في الآخرة ولا يرغبون، ويزهدون الناس في الدنيا ولا يزهدون، وينهون عن غشيان الأمراء ولا ينتهون

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Akan ada pada akhir zaman ulama’ mneyeru manusia untuk cinta akhirat sedangkan ia sendiri tidak mencintainya, menyeru manusia zuhud pada dunia, ia sendiri tidak berlaku zuhud.” (HR.Dailami)


وأخرج الديلمي عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العلماء رغبوا في الآخرة

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Alah mencintai penguasa yang berinteraksi dengan ulama’. Dan membenci ulama’ yang mendekati penguasa, karena ulama’ ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun jika penguasa mendekati ulama ingi akhiratnya.” (HR. Dailami)


ذهب جمهور العلماء من السلف، وصلحاء الخلف إلى أن هذه الأحاديث والآثار جارية على إطلاقها سواء دعوه إلى المجيء إليهم أم لا، وسواء دعوه لمصلحة دينية أم لغيرها. قال سفيان الثوري: « إن دعوك لتقرأ عليهم: قل هو الله أحد، فلا تأتهم » رواه البيهقي

Mayoritas ulama salaf dan orang shalih dari kalangan khalaf berpendapat bahwa hadits-hadits dan atsar diatas berlaku secara muthlaq, baik ia diundang untuk mendatanginya atau tidak, baik ia diaundang untuk kemaslahatan dunia atau selain itu,Sufyan Ats-Tsauri berkata, “ jikalau penguasa mengundangmu untuk mengajari mereka qul huwa llahu ahad, maka jangan engkau datangi.” (HR. Baihaqy)


قال البخاري في تاريخه: « سمعت آدم بن أبي إياس يقول: شهدت حماد بن سلمة ودعاه السلطان فقال: اذهب إلى هؤلاء! لا والله لا فعلت »

Imam bukhari menyebutkan dalam kitab tariknya, “ aku mendengar Adam bin Abi Iyas berkata,” “ aku menyaksikan hamad bin Masalamah, ketika itu ia diundang penguasa,”datangilah mereka,” beliau menjawab,” Demi Allah, aku tidak akan melakukannya.”


وروى غنجار في تاريخه عن ابن منير: أن سلطان بخاري، بعث إلى محمد بن إسماعيل البخاري يقول: احمل إليّ كتاب « الجامع » و « التاريخ » لأسمع منك. فقال البخاري لرسوله: « قل له أنا لا أذل العلم، ولا آتي أبواب السلاطين فإن كانت لك حاجة إلى شيء منه، فلتحضرني في مسجدي أو في داري

Di riwayatakan dari Ginjar di kitab tarikhnya, dari Ibnu Munir, “ penguasa Bukhara mengutus seseorang untuk mendatangi Imam Bukhari, seraya berkata, bawakan kepadaku kitab Al Jami (Shahih Bukhari) dan kitab Tarikh supaya akau dapat mendengar dari mu, Imam Bukhari menjawab, “ katakan padanya, aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan mendatangi pintu-pintu penguasa, jika ia butuh sesuatu dari kitab tersebut, suruh ian mendatangi masjid atau rumahku.”


وقال ابن باكويه الشيرازي في « أخبار الصوفية»: « حدثنا سلامة بن أحمد التكريني أنبأنا يعقوب ابن اسحاق، نبأنا عبيد الله بن محمد القرشي، قال: كنا مع سفيان الثوري بمكة، فجاءه كتاب من عياله من الكوفة: بلغت بنا الحاجة أنا نقلي النوى فنأكله فبكى سفيان. فقال له بعض أصحابه: يا أبا عبد الله! لو مررت إلى السلطان، صرت إلى ما تريد! فقال سفيان: « والله لا أسأل الدنيا من يملكها، فكيف أسألها من لا يملكها

Telah bercerita Ibnu Bakawaih Asy-Syairazi dalam Akhbar Shufiyah, “ telah berkata kami Salamah bin Ahmad at-Tukrini, mengabarkan pada kami Ya’qub bin Ishaq , mengababarkan pada kami Ubaidillah bin Muhammad A-Qurasyi, iaa berkata,” kami bersama Sufyan Ats-Tsauri di Makkah, tiba-tiba datang surat dari keluarganya di Kufah, yangberisi, “ kami ditimpa kesusahan ekonomi sampai kami menggoreng kulit biji-bijian kemudian memakannya, “ maka Sufyan menangis setelah membacanya, lalu sebagian sahabatnya memberi saran kepadanya, “ Wahai Abu Abdillah! Kalau seandainya engkau mau mendatangi  penguasa, pastinya dapatkan apa yang engkau inginkan,” Imam Sufyan At-Tsauri menimpali, “Demi Allah, aku tidak meminta dunia kepada yang memilikinya (Allah), maka bagaimana mungkin aku memintanya pada yang tidak memilikinya.”


وقال محمد ابن مسلمة:  الذباب على العذرة، أحسن من قارئ على باب هؤلاء

Muhammad bin Maslamah berkata, “ lalat di atas kotoran lebih baik dari ulama yang berada di pintu penguasa.”


Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menulis satu bab tetang berinteraksi dengan penguasa, dan hukum mendekati mereka, beliau rahimahullah berkata, “ ketahuilah bahwa interaksimu terhadap penguasa dan pejabat yang dhalim, ada tiga keadaan, keadaan pertama, adalah yang paling buruk yaaitu memasuki pintu-pintu penguasa.


Yang kedua, yang bahayanya lebih sedikit, yaitu ia berusaha mendekatimu.


Yang ketiga, yang paling selamat, engkau menjahui mereka, engkau tidak melihatnya, begitupula sebaliknya.


Adapun yang pertama, maka sangat tercela dalam syariat, dengan adanya beberapa ancaman dan peringatan sebagaimana disebutkan dalam hadits dan atsar diatas, berkata Sufyan Ats-Tsauri, “ di neraka ada suatau lembah yang tidak dihuni keculai oleh para ulama yang mendekati pintu-pintu raja.


Jumat, 24 Agustus 2018

LARANGAN BANYAK MAKAN DAN BANYAK TIDUR DALAM ISLAM

Larangan Banyak Makan Dan Tidur Dalam Islam


Salah satu faktor penyebab kerasnya hati adalah banyak makan. Selain dapat menyebabkan kerasnya hati, banyak makan juga dapat membuat seseorang menjadi pemalas, mudah terserang penyakit, membuat badan buncit, otak sempit tak mampu berpikir dan orang yang banyak makan berarti telah diperbudak oleh syetan karena mengikuti nafsu perutnya. Rasulullah bersabda:
Yang Artinya: “Tidak ada tempat paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam makan beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya ia memberikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya“. (HR. Tirmidzi).


Dalam kitab Ihya Ulumuddin Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang lapar di dunia adalah mereka yang kenyang di akhirat. Dan sesungguhnya orang-orang yang paling dibenci Allah adalah orang-orang yang rakus dan terlalu kenyang. Tidaklah seorang hamba meninggalkan makanan yang disukainya, melainkan makanan itu menjadi derajat baginya di surga“.

Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan masuk kerajaan langit, orang yang memenuhi perutnya“. Diriwayatkan bahwa suatu hari Abi Juhaifah bersendawa di hadapan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya: “Pendekkanlah sendawamu! Sesungguhnya manusia yang paling lama lapar di hari akhirat adalah mereka yang paling banyak kenyang di dunia“. (HR. Al Baihaqi )

 Keutamaan Lapar


Luqman berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, jika lambung sudah penuh, pikiran menjadi tidur, hikmah tak mampu berbicara, dan anggota badan menjadi malas beribadah“.


Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa banyak kenyang dan banyak tidur, maka keraslah hatinya. Kemudian beliau bersabda, “Setiap sesuatu mempunyai zakat dan zakat badan adalah lapar“. (HR. Ibnu Majah)

Hidupkanlah hatimu dengan sedikit tertawa dan sedikit kenyang dan bersihkan dia dengan lapar, niscaya ia menjadi jernih dan lembut“.

Rasulullah SAW bersabda: “Yang terdekat dariku di antara kamu pada hari kiamat adalah yang terbanyak lapar dan bertafakur diantara kamu“. Disebutkan dalam Ihya, Al-Hasan berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Yang paling utama kedudukannya di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling lama lapar dan bertafakur tentang kebesaran Allah SWT. Dan yang paling dibenci Allah di antara kamu pada hari kiamat adalah setiap orang yang terlalu banyak tidur, terlalu banyak makan dan minum“.

Selasa, 29 Mei 2018

Mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan ? Jawabanya : mungkin ..


Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit. Di antara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya.

“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil.” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang pertama.
“Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan.” kata Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang tidak mengerjakan keduanya.” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang kedua.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan.” kata Abu Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar.” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang ketiga.
“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu.” jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas. Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.

Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
“Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”
“Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati.”
“Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu Nawas.
“Anak kecil yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata.” jawab Abun Nawas mengandaikan.
“Apakah tingkatan otak itu?” tanya murid Abun Nawas.
“Orang pandai yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan.” jawab Abu Nawas.
“Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas.
“Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan keMaha-Besaran Allah.”
Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda.
Ia bertanya lagi.
“Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?”
“Mungkin.” jawab Abu Nawas.
“Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
“Dengan merayuNya melalui pujian dan doa.” kata Abu Nawas.
“Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru.” pinta murid Abu Nawas.
“Doa itu adalah : Ilahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa’alan naril jahimi, fahabi taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi.”
Sedangkan arti doa itu adalah: Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

Kamis, 29 Maret 2018

Kisah seorang Ulama' yang masuk surga karena seekor Lalat .

Hikmah Dibalik Kisah Sufi:  Imam Al Ghazali dan Seekor Lalat (Jangan Remehkan Amalan Kecil) ========

Assalamualaikum wr wb,

Sahabatku rahimakumullah,

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (450 H –505 H) atau lebih kita kenal sebagai Imam Al Ghazali atau Al Ghazali, adalah seorang Guru Sufi, filosof dan teolog muslim Persia (Iran), yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah, sehingga ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati karena keluasan ilmunya. Banyak sekali karya besarnya, antara lain : Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) ygmerupakan karyanya yang terkenal; Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan); Misykah al-Anwar ; Maqasid al-Falasifah; Tahafut al-Falasifah; Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul; Mi`yar al-Ilm;

al-Qistas al-Mustaqim serta Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq dlsb.

Pada suatu ketika Imam al-Ghazali menulis kitab. Pada waktu itu orang menulis menggunakan tinta dan sebatang pena. Pena itu harus dicelupkan dulu kedalam tinta baru kemudian dipaakai untuk menulis, jika habis di celup lagi dan menulis lagi. Begitu seterusnya.

Ditengah kesibukan menulis itu, tiba-tiba terbanglah seekor lalat dan hinggap di mangkuk tinta Imam al- Ghazali. Lalat itu tampaknya sedang kehausan. Ia meminum tinta dimangkuk itu.

Melihat lalat yang kehausan itu, Imam al-Ghazali membiarkan saja lalat itu meminum tintanya.  Lalat juga makhluk Allah yang harus diberikan kasih sayang, pikir Al-Ghazali.

Ketika Al-Ghazali wafat, selang beberapa hari kemudian,seorang Ulama yang merupakan sahabat dekat beliau bermimpi. Dalam mimpi itu terjadilah dialog. Sahabatnya itu bertanya, ” Wahai Hujattul Islam, Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu? “.

Al-Ghazali menjawab, ” Allah telah menempatkanku di tempat yang paling baik “.

“Gerangan apakah sampai engkau ditempatkan Allah ditempat yang paling baik itu ? Apakah itu karena kealimanmu dan banyaknya kitab-kitab bermanfaat yang telah kau tulis?" tanya sahabatnya.

Al-Ghazali menjawab, ”Tidak, Allah memberiku tempat yg terbaik, hanya karena pada saat aku menulis aku memberikan kesempatan kepada seekor lalat untuk meminum tintaku karena kehausan. Aku lakukan itu karena aku sayang pada makhluk Allah. “

Sahabatku,

Dari kisah sufi tersebut memberi kita hikmah bahwa hanya tidak ada salahnya jika kita menolong mahluk Allah. Bayangkan hanya sekedar membiarkan lalat yang kehausan untuk minum saja menjadikan sebab seseorang masuk surga, apalagi memberi makan kepada sesama manusia. bersedekah bagi sesama yang benar-benar membutuhkan.

Dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa Nabi bercerita ada seorang pelacur bisa masuk Surga karena memberi minum seekor Anjing. Juga jangan remehkan dosa kecil karena dalam hadits diriwayatkan bahwa ada seorang wanita masuk neraka karena memelihara seekor kucing lalu mendzaliminya.

So, jangan remehkan amal kecil karena sebesar dzarroh pun akan diperhitungkan di akhirat kelak.

Allah Swt berfirman :”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. 99: 7-8)

Sahabatku,

Kisah di atas juga mengajari kita untuk tidak atau jangan pernah meremehkan amalan (kebaikan) sekecil apapun, karena sesungguhnya kita tidak pernah tahu, bisa jadi amalan yang kita anggap kecil tersebut berarti besar di hadapan Allah Swt, dan justru amalan tersebutlah yang akan mengantarkan kita ke Surga. Sebaliknya kita juga tidak tahu bahwa mungkin dosa (yang dianggap kecil) bisa menjerumuskan kita ke lembah kehinaan, Neraka Jahanam. a'udzubillahimindzalik.

Akan tetapi, terkadang kita terlalu mengejar amal-amal besar dan meremehkan amal kecil, padahal ketika beramal kecil seringkali kita malah bisa sangat ikhlas.

Kebaikan (Amal) itu tidak selalu kita menyumbang ke Masjid, tapi sekedar menyingkirkan duri di jalanan atau sekedar memungut sampah permen, sekedar mengucap salam kepada sesama muslim yang  belum kita kenal, sekedar senyum pada sahabat kita, tidak ada yang sia-sia. Jika kita bisa melakukan amal-amal ringan, kenapa harus menunggu kesempatan untuk beramal besar? Bukankah juga Allah itu menyukai amalan yang berkelanjutan meskipun sedikit?

Boleh jadi amalan kecil yang pernah kita lakukan adalah amalan paling ikhlas sehingga bisa menyelamatkan kita di hari akhirat kelak. Boleh jadi amalan kecil tsb menjadi pelindung kita dari siksa kubur, dan boleh jadi amalan kecil tsb bisa menjadi perantara bagi dikabulkannya doa-doa kita. Boleh jadi juga amalan kecil tersebut menjadi penghapus dosa-dosa kita.

Karena itu marilah sejak saat ini, lakukanlah secara dawam (konsisten) suatu amal ibadah yang kecil yang dilakukan ikhlas karena Allah Swt semata.

Allah Swt senang terhadap amalan yang dilakukan secara dawam, dan ketika kita berhalangan (uzur syar'i) dan kita tidak dapat melakukan amal yang biasa kita dawamkan tersebut, Insya Allah,  Allah SWT akan tetap memberi pahala seperti kita melakukan amalan tersebut di hari lainnya.

Semoga Allah Swt memudahkan kita dan anak2 keturunan kita untuk melakukan amalan-amalan kecil secara dawam dan memberikan keistiqamahan kepada kita menjalaninya dalam kehidupan ini, sehingga dapat mengundang keridhaan dan kasih sayang dari Allah Swt,  Dan semoga Allah Swt menerima dan melipatgandakan pahala amalan2 kita baik yang kecil maupun yang besar,. Aamiin.

Semangat sahabatku, Selamat beraktifitas menjemput rezeki dan jangan lupa untuk saling berlomba dalam kebaikan dan saling berpesan dalam kebenaran dan kesabaran.

Untuk Anda yg sedang dilanda musibah/sakit, Semoga Allah segera mengangkat musibah/ penyakitnya dan menggantinya dgn kesehatan dan kebahagiaan. Amin YRA

Semoga tulisan sederhana ini membawa manfaat bagi diri saya, keluarga dan kita semua. Amin YRA

Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

Terima kasih banyak,

Copas dari blog tetangga .

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More